Keadilan

Imam ‘Ali a.s pernah ditanya tentang firman Allah Ta’ala: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil (al-’adl) dan berbuat
kebajikan (QS 16:90), maka beliau menjawab, “Al-’adl adalah berlaku adil, Sedangkan ‘ihsan’ adalah kelemah-lembutan (tafadhdhul).”.

Imam ‘Ali a.s pernah ditanya tentang firman Allah Ta’ala: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil (al-’adl) dan berbuat kebajikan (QS 16:90), maka beliau menjawab, “Al-’adl adalah berlaku adil, Sedangkan ‘ihsan’ adalah kelemah-lembutan (tafadhdhul).”.
Takutlah engkau terhadap orang lemah jika dia berada di bawah (perlindungan) bendera keadilan, dengan takut yang lebih besar daripada terhadap orang yang kuat yang berada di bawah bendera ketidakadilan. Sebab, kemenangan mendatanginya dari arah yang tidak diketahuinya, sedangkan lukanya tidak akan pernah sembuh.
Perhatikanlah apa yang ada padamu, maka janganlah engkau meletakkannya kecuali pada tempatnya; dan apa yang ada pada orang lain, maka janganlah engkau mengambilnya kecuali dengan haknya.
Adalah salah memberi kepada orang yang tidak berhak, sementara dia tidak memberi kepada orang yang berhak.
Imam ‘All a.s. pernah ditanya, “Apa yang lebih utama, keadilan atau kedermawanan?” Beliau menjawab, “Keadilan berarti meletakkan segala perkara pada tempatnya, sedangkan kedermawanan berarti mengeluarkannya dari depannya. Keadilan adalah penguasa umum, sedangkan kedermawanan sesuatu yang terjadi kadang-kadang dan bersifat sementara. Dengan demikian, keadilan lebih mulia dan lebih utama.
Keadilan lebih utama daripada keberanian. Sebab, seandainya manusia menggunakan keadilan secara umum seluruhnya, niscaya mereka tidak akan membutuhkan lagi pada keberanian.
Ada tiga golongan manusia yang tidak akan meminta keadilan dari tiga golongan manusia yang lainnya, yaitu: orang yang berbakti dan orang yang durhaka, orang yang bijak dan orang yang jahil, dan orang yang mulia dan orang yang tercela.
Tidak akan khawatir orang yang adil dalam hukumnya, memberi makan dan makanan pokoknya, dan menyimpan dari dunianya untuk akhiratnya.
Pilihlah menjadi orang yang kalah, tetapi engkau berlaku adil; dan janganlah memilih menjadi orang yang menang, tetapi engkau zalim.
Jadikanlah dirimu sebagai neraca keadilan dalam hal apa yang terjadi antara engkau dan orang lain.
Masa kekuasaan orang yang zalim lebih pendek daripada masa kekuasaan orang yang adil. Sebab, orang yang zalim merusak, dan orang yang adil melakukan perbaikan, sedangkan perusakan sesuatu lebih cepat daripada perbaikannya.
Barangsiapa berlaku adil terhadap orang yang berada di bawahnya (dalam status sosial), maka dia akan mendapatkan perlakuan yang adil dan orang yang berada di atasnya.
Dahulukanlah keadilan daripada kekerasan, niscaya engkau akan beruntung dengan mendapatkan kecintaan, danjanganlah engkau menggunakan pukulan jika perkataan lebih berguna.

Sumber : Sufinews